Pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 10 miliar, dan lebih dari 75 persen di antaranya tinggal di daerah perkotaan. Kota-kota besar di seluruh dunia sejak saat ini mulai berlomba-lomba mencari moda transportasi alternatif untuk mengurangi polusi yang dihasilkan penduduknya, serta untuk mengatasi kepadatan lalu lintas di areanya. Sebuah inisiatif tentang moda transportasi yang bebas polusi, bebas macet, cepat, dan dapat diakses oleh banyak orang, muncul dalam wujud “taksi air terbang” yang diberi nama lucu: SeaBubbles; yang diharapkan mampu menawarkan solusi bagi beberapa masalah tersebut sekaligus.
Gagasan Awal
Tahun lalu, pebalap perahu layar Prancis Alain Thébault dan atlet selancar angin Swedia Anders Bringdal mendirikan SeaBubbles, sebuah bisnis startup dengan visi merevolusi perjalanan di perkotaan yang memanfaatkan jaringan angkutan sungai dengan kendaraan berteknologi hydrofoil, dan akan didistribusikan ke kota-kota yang terletak di perairan utama di seluruh dunia. Jika ujicoba berjalan sesuai rencana, Seabubbles akan dioperasikan sebagai “taksi air terbang” melalui aplikasi ride-sharing seperti Uber.
SeaBubbles berwarna hitam-putih yang berkesan futuristik, dan diharapkan bisa menjadi pengganti atau alternatif bagi moda transportasi darat, khususnya mobil. Dengan sumber energi baterai, SeaBubbles bebas emisi karbon, sehingga pantas untuk diklaim sebagai kendaraan ramah lingkungan.
Thébault dan Bringdal bukanlah nama baru dalam dunia pelayaran. Alain Thébault, adalah pemegang dua rekor dunia untuk kecepatan berlayar (Double World Sailing Speed Record), sedangkan Anders Bringdal, adalah pemegang rekor dunia untuk kecepatan selancar angin (Windsurf World Speed Record) pada tahun 2012.
Gagasan untuk menciptakan SeaBubbles sebenarnya berawal dari keprihatinan anak perempuan Alain Thébault ketika berlayar dari Los Angeles ke Hawaii. Ia menyuruh ayahnya untuk membuat kendaraan bebas emisi, karena sedih melihat polusi yang parah di Paris, London, dan Amerika Serikat. “Sebagai pemegang rekor dunia untuk kecepatan berlayar, mengapa Ayah tidak memanfaatkan keahlian Ayah untuk hal yang bermanfaat bagi orang banyak dan planet kita, dengan menciptakan kendaraan yang bisa terbang di atas air?”, demikian Thébault mengutip kata-kata anaknya.
Di banyak kota di dunia yang berada di tepi sungai atau menghadap lautan, perairan sebenarnya merupakan bagian dari infrastruktur, sebagaimana jalan raya dan rel kereta. Meskipun demikian, jalur perairan seringkali hanya digunakan untuk lalu lintas komersial (jalur perdagangan) atau rekreasi. Beberapa kota yang memiliki layanan transportasi berupa perahu untuk wisatawan cenderung menggunakan bahan bakar fosil yang menyebabkan polusi, dan dalam banyak kasus berkontribusi terhadap dampak negatif lainnya, seperti menimbulkan gelombang yang dapat menyebabkan erosi pada tepian sungai.
Thébault kemudian menyampaikan idenya kepada Anders Bringdal, "Ketika Alain pertama kali membicarakan gagasannya tentang SeaBubbles kepada saya, kami langsung berkesimpulan bahwa ini adalah ide yang hebat. Kami bisa membantu orang-orang untuk berkendara melewati sungai-sungai di seputar kota mereka dengan cara yang menyenangkan dan tidak mencemari lingkungan, meski hanya sebentar saja,” kata Bringdal. “Semua kota semakin lama semakin padat dan ramai, lalu lintas di darat pun semakin macet; sementara di sisi lain, transportasi sungai justru ditinggalkan. Di San Francisco, kendaraan ini bisa membuat orang menghemat waktu satu jam ketika menempuh perjalanan dari pusat kota ke Silicon Valley pulang pergi,” imbuhnya pada kesempatan lain.
--
(bagian 1 dari 2 tulisan | dirangkum dari berbagai sumber: Architectural Digest, Daily Mail, Inhabitat, The Verge, & Bloomberg | sumber gambar lain: Pixabay & Innovapass)
Comments (0)