Keracunan makanan bukanlah pengalaman yang menyenangkan; dan biasanya yang dapat Anda lakukan hanyalah hilir mudik ke toilet dan minum larutan gula-garam agak tidak lemas karena dehidrasi. Jika tak sembuh juga, Anda harus pergi ke dokter, dan diberi resep antibiotik berspektrum luas yang berfungsi untuk membunuh bakteri jahat dalam flora usus Anda.
Tapi jangan lupa, antibiotik yang diberikan dokter juga membombardir serombongan bakteri baik yang ada di situ tanpa pandang bulu. Semakin sering Anda minum antibiotik, ada bahaya lain mengancam Anda: resistensi terhadap antibiotik tersebut.
(Minum "koktail virus" berisi bakteriofag dapat membantu menyingkirkan bakteri jahat di usus Anda, tanpa membunuh bakteri baik)
Penelitian baru dari Departemen Ilmu Pangan (FOOD) di Universitas Kopenhagen dan perusahaan farmasi dan bioteknologi Intralytix menunjukkan bahwa, dalam waktu yang tidak lama lagi, mungkin Anda cukup meminum koktail berisi virus (bakteriofag) yang langsung masuk ke usus dan membunuh spesies bakteri tertentu - dalam hal ini, E. coli - yang menjadi penyebab penyakit. Anda bisa sehat kembali tanpa antibiotik, sehingga bakteri usus komensal yang menguntungkan tidak ikut terbunuh.
Fag (bakteriofag) adalah virus yang menyerang bakteri - dalam konteks ini, bakteri dalam mikrobioma usus kita. Fag lytic klasik menyerang bakteri dengan menempel ke permukaan bakteri dan menyuntikkan materi genetiknya ke dalam bakteri. Fag kemudian mengambil alih metabolisme bakteri dan mengarahkannya untuk menciptakan virus baru. Sel bakteri, yang sudah diambil alih oleh fag, akan meledak dan mengirim banyak fag baru ke daerah sekitarnya, yang kemudian akan menyerang bakteri baru.
Koktail virus ini mampu membunuh bakteri seperti seorang sniper menembak sasarannya dengan senapan berpengintai, bukan dengan senjata otomatis. Tim peneliti menentukan tiga spesies fag lytic yang secara bersama-sama mampu membasmi ratusan spesies E. coli yang berbeda.
(Sebuah grafik yang dihasilkan melalui program PhageSelector Intralytix, menunjukkan fag yang efektif terhadap spesies E. Coli)
"Penelitian ini menunjukkan bahwa kita memiliki kesempatan untuk membunuh bakteri tertentu tanpa merusak bakteri yang lain maupun flora usus yang sehat", kata Profesor Dennis Sandris Nielsen dari Departemen Ilmu Pangan di Universitas Kopenhagen.
Fag dipilih melalui seleksi ketat dalam model usus kecil, yang diberi nama TSI, yang dikembangkan di FOOD oleh mahasiswa post doktoral Tomasz Cieplak, dengan Profesor Dennis Sandris Nielsen sebagai supervisornya.
"Hal yang baru dari model TSI ini adalah bahwa model ini mensimulasikan adanya mikrobiota usus kecil, yang tidak ada dalam model usus kecil lainnya. Model lain yang ada di pasaran hanya mensimulasikan proses biofisik murni, seperti garam empedu dan enzim pencernaan atau pH, tetapi di sini kami memasukkan aspek penting dari fisiologi usus manusia untuk meniru usus kecil serealistis mungkin,” kata Cieplak.
Komposisi flora usus dalam model ini merupakan representasi dari flora usus yang terdapat pada orang yang sehat. Dalam studi tersebut, para peneliti menambahkan bakteri E. coli ke flora usus, kemudian mencoba membunuhnya dengan memanfaatkan koktail virus (bakteriofag) yang dikembangkan oleh perusahaan Intralytix.
(Gambar 3D dari model usus kecil, yang digunakan para peneliti untuk menguji koktail virus mereka)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga spesies fag lytic paling efektif dalam membunuh bakteri jahat dan tidak membunuh bakteri yang baik. Dalam upaya untuk membuat hasil penelitian ini benar-benar dapat dimanfaatkan untuk pengobatan, para peneliti berencana untuk menguji koktail ini pada tikus, dan kemudian pada manusia.
"Menggunakan bakteriofag untuk membunuh bakteri patogen bukanlah hal baru dan sebenarnya telah digunakan untuk mengobati penyakit yang berasal dari makanan maupun penyakit lain di Eropa Timur selama hampir satu abad. Tetapi akhir-akhir ini pendekatan ini mulai menarik minat penelitian yang lebih luas," kata Nielsen. Di samping itu, penelitian tentang memerangi penyakit menular dengan virus tidak semenarik dulu, karena sekarang ada pengobatan yang lebih efektif dengan antibiotik.
"Namun sekarang kondisi sudah berubah. Resistensi terhadap antibiotik yang semakin meningkat mulai menjadi masalah dalam ilmu pengobatan modern. Pada saat yang sama, kita menjadi lebih sadar betapa pentingnya bakteri komensal dalam usus untuk kesehatan kita”, tambah Nielsen.
---
(dirangkum dari: New Atlas, Gut Microbes Journal, dan 'FOOD' - University of Copenhagen | sumber gambar lain: ScienceMag & UOFM)
Comments (0)