Brokoli bukanlah makanan favorit setiap orang. Bahkan, menurut penelitian, ada faktor genetis yang membuat senyawa glucosinolate dalam brokoli terasa pahit dan tidak enak bagi beberapa orang. Tak heran jika brokoli sering dinomorsekiankan dalam pilihan makanan seseorang, dan tak jarang disisihkan ke tepian piring untuk dibuang. Sungguh sayang, karena sayuran hijau yang bentuknya seperti pohon ini sebenarnya mengandung banyak manfaat kesehatan yang dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan secara keseluruhan jika dikonsumsi secara reguler.
Brokoli (Brassica oleracea, Brassicaceae) merupakan tanaman yang termasuk dalam kerabat kubis liar. Secara khusus, populasi kubis liar tumbuh melimpah di pantai utara dan barat laut Mediterania selama ribuan tahun. Selama waktu tersebut, muncul beberapa variasi yang berbeda, seperti kubis Brussel, kembang kol, collard green atau kailan, kale, dan - tentu saja - brokoli.
Seluruh bagian dari brokoli, baik bagian batangnya yang tebal dan kepala bunganya yang padat menyerupai pohon kecil, dapat dimakan. Jenis yang paling umum adalah brokoli hijau, selain itu ada brokoli yang berwarna ungu dan ada pula yang berwarna kuning kehijauan dengan bagian bunga berbentuk kerucut. Brokoli mengandung jumlah protein yang sama dengan secangkir nasi, namun dengan jumlah kalori hanya sepertiganya. Brokoli juga kaya vitamin C, K, dan A, serta folat dan serat larut.
Ketika dikonsumsi, brokoli dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi, di antaranya: xerophthalmia (kekeringan abnormal pada mata yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A), infantile scurvy (penyakit yang berakar pada defisiensi vitamin C), dan anemia (suatu kondisi yang disebabkan oleh kekurangan folat). Berdasarkan sebuah penelitian, orang yang mengonsumsi 200 gram brokoli setiap hari selama tujuh hari penuh menunjukkan peningkatan lutein karotenoid dan vitamin E.
Brokoli juga mengandung metabolit sekunder penting yang meningkatkan kemampuan tubuh melakukan detoksifikasi dan melindungi tubuh terhadap radikal bebas dan stres oksidatif (stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkan atau mendetoksifikasi efek berbahaya dari radikal bebas tersebut melalui proses netralisasi yang dilakukan oleh antioksidan).
Secara khusus, glucoraphanin, bahan yang ditemukan dalam brokoli, telah terbukti mampu membuang polutan dan karsinogen dari dalam tubuh melalui urin. Bahan lain dalam brokoli, sulforaphane, menunjukkan efek antibiotik pada Helicobacter pylori, yakni bakteri yang menyebabkan sakit maag, gastritis, serta kanker lambung dan prostat. Penelitian yang dilakukan oleh Linus Pauling Institute Oregon State University menegaskan kemampuan sulforaphane dalam mencegah kanker dan menghambat penyebarannya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Pennsylvania State University menemukan bahwa mengkonsumsi brokoli dapat membantu memperbaiki kondisi saluran cerna. Jika usus kita mengalami kebocoran dan berlanjut menjadi radang, hal ini kemungkinan akan menyebabkan munculnya penyakit lain seperti radang sendi dan penyakit jantung.
Dengan semakin banyaknya bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alami aktif yang ditemukan dalam sayuran ini mampu membantu mencegah kanker dan penyakit kronis lainnya, para ahli nutrisi menyarankan untuk mengkonsumsi satu hingga dua porsi brokoli (atau sayuran lain yang masih merupakan kerabat brokoli seperti kubis, kembang kol, kubis Brussel, kailan, atau kale) beberapa hari dalam seminggu.
Menurut penelitian, cara terbaik untuk memaksimalkan manfaat brokoli adalah dengan mengkonsumsi brokoli yang masih segar. Brokoli yang telah menguning atau layu menunjukkan bahwa nutrisi yang dikandungnya telah berkurang. Memasak brokoli dengan cara dikukus akan meningkatkan jumlah antioksidan membuat kita bisa mendapatkan manfaat dari unsur fenol dan flavonoidnya.
Jadi, jangan ragu makan brokoli!
---
(dirangkum dari: Food Science (1), Food Science (2), New Atlas, Science Direct, Natural News, Science Daily, dan EurekAlert! | sumber gambar lain: pixabay)
Comments (0)